Indonesia punya beberapa agama
yang diakui oleh negara. Ada Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha,
dan Khonghucu. Keberagaman ini dilengkapi dengan jumlah penduduk Indonesia yang
mencapai 260 juta jiwa dari berbagai latar belakang. Ditengah pluralisme ini,
apakah hubungan cinta antara dua orang dengan berbeda keyakinan harus dihindari?
Pada dasarnya, hukum di Indonesia
tidak mengatur secara khusus perihal ini. Pernikahan dianggap sah apabila
dilakukan sesuai dengan agama dan kepercayaannya sebagaimana diatur dalam Pasal
2 ayat 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan: “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu.”
Hal tersebut berarti
undang-undang perkawinan menyerahkan ajaran dari agama masing-masing. Pacaran beda agama sering menjadi
isu bagi kalangan anak muda untuk memulai hubungan tanpa pikir panjang. Sehingga kemudian, hubungan ini malah
membawa mereka pada sebuah
hubungan yang lebih serius dan membawa kebingungan ditengah-tengah hubungannya.
Kali ini, Kata Alkitab mengenai pacaran beda agama, Raditya
Oloan menjelaskan kalau Alkitab tidak bilang jelas mengenai dating atau hubungan pacaran, yang ada hanyalah pernikahan.
Dalam kekristenan sendiri, pacaran merupakan
membina hubungan dimana Kristus ada di tengah-tengah mereka. Pacaran sendiri
juga merupakan sarana atau zona yang digunakan untuk saling mengenal satu sama lain untuk melangkah ke tahap yang lebih serius, yaitu pernikahan.
Pacaran adalah tentang kesiapan hati kita, bukan kebutuhan
Kebanyakan anak muda, memilih pacaran bukan
karena kesiapan, melainkan karena kebutuhan. Padahal, pacaran seharusnya berada
dalam konteks kalau kita siap untuk mengasihi seperti Kristus. Jelasnya,
bagaimana cara kita mengasihi seseorang, sementara diri kita sendiri kosong, sehingga akhirnya kita butuh kehadiran akan seseorang.
Konsep mengasihi saat menjalin hubungan pacaran
Langkah pertama yang perlu dipersiapkan adalah
dengan bertanya pada diri kita soal kesiapan hati, atau karena kita memang
menginginkan mengambil sesuatu dari orang lain. Misalnya kita menginginkan
perhatian dari orang lain atau ingin waktu dari seseorang untuk dihabiskan
bersama. Sikap ini tidak dibenarkan dalam konsep pacaran, sebab kasih, cinta
adalah tentang memberi, bukan menerima. Menjalin hubungan tentang saya dan
saya, baik itu berada dalam satu agama maupun tidak, bisa dipastikan kalau hubungan tersebut akan berantakan.
Kalau sudah terlanjur cinta, gimana?
Cinta memang bisa berasal dari perasaan, tapi
harus berakhir pada sebuah komitmen. Kembali pada prinsip bahwa pacaran
bertujuan untuk melangkah ke jenjang pernikahan, dimana pernikahan adalah dua orang yang menjadi satu.
Tanyakan pada diri sendiri, bagaimana cara kita menjadi satu kalau Tuhannya saja sudah beda, prinsipnya beda, nilai-nilai yang dianut juga sudah berbeda. Bukankah jauh lebih baik sakit hati karena melepaskannya sekarang, dibandingkan harus menunggu di kemudian hari menderita untuk selamanya.
Baca juga: Bikin Nggak Damai Sejahtera, Inilah Alasan Kenapa Kita Harus Segera Hilangkan Akar Pahit!
Arti sepadan dan seimbang
Sepadan berbicara mengenai sebuah nilai. Kita
perlu tahu kalau seorang suami adalah imam dalam pernikahan, sementara istri
merupakan penolong. Pernikahan bertujuan pada Kristus. Sepadan disini berbicara tidak hanya mengenai agama, melainkan keyakinan.
1 Yohanes 2:9, "Barangsiapa berkata, bahwa
ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam
kegelapan sampai sekarang." Meskipun kita mendapati seorang saudara yang
tidak memiliki tujuannya kepada Kristus, kita tidak bisa lantas berkata kalau
orang tersebut sepadan dengan kita.
Jadi, pacaran berbeda agama dalam Alkitab
adalah tidak, sebab pacaran kekristenan bertujuan bersama dengan Kristus. Saat
menjalin sebuah hubungan atas nama cinta, kita harus menyadari kalau cinta
sendiri adalah Kristus. Berarti saat kita menjalin sebuah hubungan beda agama,
sama halnya kita berjalan tanpa adanya Kristus yang hadir di tengah-tengah
hubungan kita tersebut.